WEBINAR KREATEKNO COMM DAN FISIP USNI, "BERKREASI DI ERA PERUBAHAN TEKNOLOGI REVOLUSI INDUSTRI 4.0"
Jakarta - Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang
mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi. Konsep
penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi
tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya.
Tentunya pembahasan ini sangat menarik sehingga
Kreatekno comm bersama dengan FISIP Universitas Satya Negara Indonesia,
menyelenggarakan sebuah webinar dengan judul “Berkreasi di Era Perubahan
Teknologi Revolusi Industri 4.0”. Webinar ini diselenggarakan pada Selasa, 23
Juni 2020 pukul 10.00-12.00 WIB. Dengan diisi oleh bbeberapa narasumber yang
sudah sangat mumpuni dibidangnya, yaitu Radita Gora selaku dekan FISIP USNI,
Risqi Inayah Dwijayanti selaku dosen ilmu komunikasi USNI, Astrid Savitri yang
merupakan penggiat media sosial dan penulis buku revolusi industry 4.0 serta
Yadi Kusmayadi selaku Senior Manager HSE (Subsea) di Bumi Armada.
Materi pertama dibawakan oleh Radita Gora, beliau
membuka bahwa disrupsi merupakan sebuah perubahan dimana kini teknologi
konvensional telah perlahan ditinggalkan dan masyarakat beralih ke teknologi
digital. Dimasa new normal, terutama saat pandemic sekitar bulan maret-juni
tanpa disadari kita sudah sangat memiliki ketergantungan yang sangat kuat
dibidang teknologi.
“Belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan
beribadah dari rumah. Beribadah dari rumah dapat dilakukan melalui video conference
seperti ceramah yang dilakukan oleh pemuka agama, online dan dapat ditonton
oleh banyak orang.” Ujar Radita Gora, selaku dekan FISIP USNI, melalui sambungan Zoom Meeting (23/06/2020).
Radita juga turut menyampaikan, bahwa awal disrupsi
atau peradaban baru dimasa teknologi dimulai dari teknologi konvensional yang
mulai ditinggalkan dimana pada saat itu komputerisasi manual dan teknologi analog
menjadi teknologi yang berkembang pada revolusi industri pertama dan kedua. Pada
revolusi digital 4.0 masuk ke otomatisasi dan connectivity. Teknologi digital
berkembang dari yang awalnya tersier, sekunder menjadi sebuah kebutuhan primer.
Penggunaan teknologi dimasa pandemic, menurut radita,
masyarakat kini dipaksa untuk memiliki the new habit technology.
Kebiasaan baru menggunakan teknologi, mulai dari e-commerce, sosial
media, juga online transportation.
Untuk
narasumber yang kedua yaitu Astrid
Savitri. Menurutnya, teknologi membunuh kreativitas. Sebagai contoh pada
mulanya anak-anak banyak yang sering bermain diluar rumah secara langsung,
namun kini banyak dari mereka yang beralih ke gadget dan bermain game
online. Tak hanya anak-anak bahkan orang dewasa pun seperti itu, focus pada
ponselnya dan sedikit berinteraksi dengan sekitarnya.
“Teknologi seharusnya dapat tetap membuat kita
kreatif, penelitian mengatakan bahwa melamun baik untuk menghasilakan
kreativitas. Namun bagaimana bisa melamun bila kita hanya fokus dan terus
berada dalam dunia internet?” Ungkap Astrid Savitri selaku penggiat media sosial dan penulis buku revolusi industry 4.0, melalui sambungan Zoom
Meeting (23/06/2020).
Menurutnya, kreativitas adalah sifat esensial,
juga salah satu keterampilan paling bernilai yang dimiliki manusia. Setiap manusia
dianugerahi kreativitas sebagai bagian alami dari pemikiran dan perilakunya. Sayangnya,
kreativitas mudah terblokir oleh gangguan digital. Ketika terganggu secara
digital atau ketika kita menggunakan teknologi tanpa kesaadaran, kreativitas
kita berkurang atau hilang sama sekali.
Astrid mengatakan bahwa kini kita harus
menggunakan media sosial sebagai sumber inspirasi, bukan hanya untuk validasi. Hubungan
inspirasi sejalan lurus dengan kreativitas itu sendiri.
Narasumber berikutnya yaitu Yadi Kusmayadi. Menurutnya,
hidup di era revolusi industry 4.0 menimbulkan disrupsi secara menyeluruh di
berbagai sector kehidupan masyarakat. Masalah dalam revolusi industry 4.0 tidak
hanya dapat dijawab dengan menciptakan teknologi baru atau mengadaptasi yang
sudah ada, tetapi yang lebih penting pengembangan kreativitas yang dapat
mengarah pada inovasi yang berkelanjutan.
“Di era 4.0 ini merupakan generasi yang disebut
sebagai cyber phsycal system. Digitasi proses dari korperasi ke industry
tidak bisa berdiri sendiri, harus berkorporasi. Menjadi sebuah tantangan
sendiri, apakah revolusi industry ini dapat diimplementasikan diperusahaan atau tidak. Kita harus memposisikan diri sebagai karyawan dan kita ada dimana. Bagi orang-orang yang berpikiran konvensional biasanya akan tersingkir. Karena, era 4.0 menghasilkan masa depan di masa sekarang, dimajukan." ungkap Yadi Kusmayadi Yadi Kusmayadi selaku Senior Manager HSE (Subsea) di Bumi Armada, melalui sambungan Zoom Meeting (23/06/2020).
Kemudian Risqi Inayah Dwijayanti, membahas mengenai metode pembelajaran pada revolusi industri 4.0. Menurutnya, era digital adalah konsekuensi dari sebuah perubahan jaman, yang akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa segala sesuatu di kehidupan ini akan berubah.
Metode pembelajaran dalam mengadapi revolusi industri 4.0 dimulai dengan perbaikan sumber daya manusia (SDM), peran pemerintah dalam mengubah metode pembelajaran pendidikan, pendidikan menggunakan teknologi digital berbasis web, serta pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI).
"Kita bisa interaktif menggunakan teknologi, kita bisa belajar melalui digital terutama dalam era pandemi covid19. Tidak lepas dari peran pemerintah. seperti kemendikbud yang memberi 12 aplikasi atau website untuk kita akses mengenai pembelajaran." Ungkap Risqi Inayah Dwijayanti selaku dosen ilmu komunikasi USNI, melalui sambungan Zoom Meeting (23/06/2020).
Adanya webinar ini tentunya meningkatkan wawasan semua orang terutama mahasiswa, dan ditengah pandemi seperti ini yang dituntut untuk tetap produktif mengambil setiap peluang yang ada.
Komentar
Posting Komentar