Corona Effect, New Normal hingga Pelajaran Finansial
Pandemi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 atau virus corona, telah menjungkir balikan manusia dari berbagai rutinitas yang selama ini menyibukannya. Seluruh sendi kehidupan ikut terdampak. Sekolah dan perkantoran ditutup, belajar dan bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan, tempat wisata dan hiburan, semua tertutup. Serta menjalar ke transportasi yang juga dibatasi. Kondisi ini masih berlangsung dan sudah berjalan sekitar 2 bulan lebih. Selama itu pula, kita dihantui oleh perasaan takut, khawatir, cemas, dan sedih, antara takut ikut terpapar dan juga prihatin atas kondisi yang menimpa negeri ini.
Membahas tentang
rutinitas, tentu sebagian besar dari kita selalu bertanya-tanya tentang kapan
kita akan kembali ke rutinitas? atau kerennya, Back to Normal? Namun,
apakah kita akan benar-benar back to normal? Kembali seperti sediakala sebelum
virus tak kasat mata ini menyerang? Atau justru malahan The New Normal?
Laurie Garrett, jurnalis kesehatan masyarakat pemenang anugerah Pulitzer,
mengatakan dunia tak akan pernah lagi sama setelah pandemi virus corona
berlalu, bahkan bertahun-tahun ke depan.
Kehidupan kita nyatanya
telah banyak berubah sejak pertama munculnya virus corona di muka bumi sampai
diberlakukannya Pembatasan Besar Berskala Nasional atau PSBB di Indonesia.
Banyak yang telah berubah dari apa yang kita jalani. Dan secara perlahan namun pasti,
kita pun telah terbiasa menyikapinya. Karena, sejatinya pun masyarakat mulai
terbiasa pada pola hidup normal yang baru atau yang disebut ‘new normal’
ini sejak kasus positif virus corona pertama diumumkan di Indonesia pada 2
Maret 2020.
Mengutip sebuah buku
berjudul Power of Habbit karya Charles Duhigg, disebutkan bahwa
perubahan bisa terjadi karena adanya pemicu terciptanya suatu kegiatan. Karena
otak kita terstimulasi. Lalu kemudian kita akan secara otomatis mengikuti
perubahan tersebut.
Perubahan aktivitas kita
selama pandemi ini, trigger utamanya adalah kebijakan untuk
bekerja dari rumah serta belajar dari rumah. Kita semakin bergantung pada
teknologi yang menjadi peran utama keberhasilan aktivitas kita dari rumah.
Kegiatan belanja hingga memesan masakan siap santap pun kini dengan mudah
dilakukan melalui online. Semua perubahan ini, yang dulunya tidak pernah se-intens
ini kita alami, mendorong adanya perubahan baru. Dan ketika suatu saat keadaan
pulih kembali, maka kehidupan “new normal” harus dihadapi. Dan kondisi
itu teradaptasi pula dari perubahan perilaku digital.
Profesor Yohanes Eko
Riyanto dari Nanyang Technological University Singapore mengungkapkan, The
New Normal merupakan perubahan perilaku yang terjadi pada masa virus corona
akan menciptakan situasi dan pembentukan tatanan ekosistem baru yang terkoneksi
dengan perangkat digital dan internet. Dan juga hal lainnya.
Juga new normal disisi
lain, wastafel atau tempat untuk mencuci tangan saat ini menjadi hal yang
sangat vital ditempat umum. Apabila dulu wastafel hanya ada dibagian dekat
kamar mandi, sekarang diberbagai tempat berbondong-bondong menyediakan wastafel
dan diletakan dibagian terdepan seakan menyambut terlebih dulu siapapun yang
baru saja datang dari luar. Juga gedung-gedung yang mewajibkan masyarakat harus
melalui screening suhu tubuh bahkan beberapa harus disemprot disinfektan
dan penyediaan hand sanitizer.
Bagi para pekerja di
bidang jasa pelayanan contohnya mini market hingga bank, new normal berarti
melayani pelanggan melalui penghalang plastik sebagai penerapan physical
distancing untuk menjaga jarak fisik. Juga tentunya menggunakan masker menjadi
pemandangan lumrah di ruang publik, mulai dari pengguna kendaraan bermotor,
pekerja kantoran, pedagang kaki lima hingga pemulung. New normal pun
turut menciptakan kebiasaan baru saat pulang ke rumah. Yakni langsung mencuci
tangan dan berganti pakaian. Tidak ada cium pipi kanan-kiri dan juga berjabat
tangan ketika bertemu rekan atau teman, tak ada pula pelukan hangat saat
bertemu sanak keluarga.
Semua ini menjadikan kita
lambat laun terbiasa dan nantinya setelah pandemi ini berakhir kita pun telah
siap menjalani kebiasaan baru yang sudah lama kita lakukan dimasa pandemi.
Namun pertanyaan berikutnya, kapan semua ini akan berakhir? Disatu sisi kita
harus siap 'perang' dengan virus ini, namun disatu sisi kita pun harus bisa
berdamai. Maka dibutuhkan kesadaran dalam diri masing-masing, jangan egois dan
selalu patuhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sebisa mungkin jaga diri
sendiri supaya tidak tertular.
Pandemi yang terjadi
secara tiba-tiba dan langsung melumpuhkan banyak hal ini, memberikan kita banyak
pelajaran berharga terutama dibidang ekonomi juga keuangan. Berikut ini
merupakan pelajaran finansial yang dapat dipetik dari adanya pandemi virus
corona ini dan sekiranya apa yang seharusnya kita persiapkan untuk menghadapi hal-hal
tak terduga lainnya dikehidupan new normal nantinya
PERTAMA, jangan hanya bergantung
pada penghasilan utama saja. Selama ini mungkin kamu telah merasa nyaman dan
aman dengan pekerjaan kamu, juga bergantung pada sumber penghasilan itu saja.
Namun, ketika datang situasi yang tak terduga seperti ini semua akan tak lagi
aman. Dan tersadar bahwa selama ini kamu memanjat tebing dengan bermodalkan
satu tangan saja, sehingga ketika bebatuan menimpa akan mudah bagi kamu untuk
jatuh seketika. Usahakan untuk mencari sampingan pekerjaan lain, misal selain
bekerja juga menjadi guru les privat, atau membuka usaha warung makan
kecil-kecilan. Lelah? Sudah pasti. Namun seperti pembahasan diatas, manusia
akan mudah beradaptasi. Cara ini akan sangat membantu ketika ekonomi sedang
tidak stabil, dan kamu akan masih punya back up finansial lainnya.
KEDUA, persiapkan dana
cadangan. Merupakan hal paling penting yang harus dipersiapkan. Ketika dalam kondisi
keuangan yang stabil, kamu bisa merencanakan dana cadangan untuk kemudian hari
ketika menghadapi situasi sulit, seperti saat ini misalnya. Dana cadangan dapat
bervariasi, bisa mulai dari yang tekecil sebanyak 6x gaji bulanan, 12x
pengeluaran bulanan, atau bahkan 12x gaji bulanan. Setidaknya, misal kamu mempunyai
dana cadangan sebesar 6x gaji bulanan yang disimpan ini untuk mengcover keperluan
ketika dalam posisi jobless atau pengurangan
gaji agar tetap bisa survive. Dan dengan asumsi setelah 6 bulan itu kamu
bisa mendatangkan penghasilan kembali, entah itu dengan membangun usaha lain
atau pekerjaan lain.
KETIGA, investasi. "if you
dont find a way to find money while you sleep, you will work until you
die" - Warren Buffet. Bermacam jenis investasi bisa dilakukan, mulai dari
invest saham, obligasi, reksadana bahkan investasi di bisnis teman, menyewakan properti,
semua dapat disebut investasi. Di momen ketika semua industri sedang anjlok,
bisnis yang menurun, karir yang terhenti sementara karna krisis, maka jika ada investasi
yang akan menyelamatkan. Selalu diferensiasi kan jenis investasimu. Ibaratnya, jangan
taruh semua telur diranjang. Bila jatuh? Akan pecah semua. Maka pilihlah jenis
investasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu alias liquid. Pelajari pula
rasio resiko dan keuntungannya dengan seksama.
TERAKHIR, adapt or die. Beradaptasi
dengan keadaan, kunci terakhir untuk berdamai dengan pandemi ini. Jika kamu
terpaksa menjual harta bendamu, lakukanlah. Jika kamu terpaksa memakai tabungan
yang sudah kamu rencanakan untuk membeli benda kesukaanmu namun kamu perlu
memenuhi kebutuhanmu dulu, lalukanlah. Jika kamu harus menahan diri untuk hanya
berkomunikasi lewat sambungan telepon dan lama tak berjumpa dengan kekasih
hatimu diluar sana, lakukanlah. Atau bahkan bila kamu terpaksa kembali kerumah
orangtua karena menghemat untuk sewa tempat tinggal sendiri, lakukanlah.
Silahkan lakukanlah asal kamu mampu bertahan hidup. Sayangnya, cara kerja dunia
selalu seperti ini. Yang kuat yang akan mampu bertahan, dan ia akan jauh lebih
kuat lagi setelah semua ini berlalu dan selesai.
Maka pada akhirnya, mari selalu
saling berdoa agar kita bisa bangkit dan memetik hikmah dari semua yang Tuhan 'hadiahi'
pada kita di tahun ini. Menjalankan apa yang disebut new normal, yang
sudah mengaliri kehidupan manusia dan terus bersyukur atas segala apa yang
masih kita dapatkan, terutamanya yaitu kesehatan. Dan juga bukan tidak mungkin
pasca pandemi kita justru nyaman dengan hidup yang terlanjur bergeser. Menjalani
sebuah kebiasaan baru yang tanpa sengaja mengalami normalisasi.
Disaat berdamai dengan
masa lalu adalah hal yang berat, namun ternyata berdamai dengan virus corona
seperti yang dianjurkan oleh Presiden Jokowi, masih lebih berat. Ketika hidup harus
berjalan damai beriringan dengan sang mantan sudah amat sangat berat juga,
namun ternyata hidup berdampingan dengan virus corona ini tentu jauh lebih berat.
Tapi, mari satukan semangat dan mulai mencobanya!
article by Rana Muthi Ghaida
Komentar
Posting Komentar